Desa Kedalon diperkirakan berdiri
pada tahun 1825 – 1830 seiring dengan
perjuangan Pangeran Diponegoro, dengan Kepemimpinan yang pertama Yaitu Krama Duria yang diberi gelar Demang ( Kepala
desa/Lurah jaman dulu ) yaitu seorang
tokoh yang berada di dusun tersebut. Dengan pusat Pemerintahan Pertama di dusun
Kedalon. Pada era selanjutnya atau
Pimpinan Pemerintahan yang Kedua yaitu Ki Demang Joyo Dimejo atau yang lebih
dikenal dengan sebutan
Mbah Lurah dengan masa pemerintahan atau lama Pemerintahan diperkirakan sampai dengan tahun 1930, Sejak Pemerintahan Desa Kedalon dipegang oleh Joyo Dimejo pusat Pemerintahan desa pindah di dusun Sigug, akan tetapi tidak diketahui sejak tahun berapa beliau menjabat sama halnya dengan Pemerintahan yang di pegang oleh Ki Demang Krama Duria. Kemudian di generasi yang ketiga adalah S Prawiromiharjo yang memegang Pemerintahan sejak tahun 1932 sampai dengan tahun 1984 ( 52 TAHUN ) . Selain sebagai Kepala Pemerintahan di desa Kedalon, Beliau juga membawahi pemerintahan dibeberapa desa yang berada di wilayah sekitarnya antara lain Simbang, Kwadungan, Kalikajar, dan Kedalon sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah Glondong. Berdasarkan catatan tersebut diatas kalau kita tarik ke belakang bahwa desa Kedalon sudah berusia kurang lebih 191 tahun ( satu abad lebih )
Mbah Lurah dengan masa pemerintahan atau lama Pemerintahan diperkirakan sampai dengan tahun 1930, Sejak Pemerintahan Desa Kedalon dipegang oleh Joyo Dimejo pusat Pemerintahan desa pindah di dusun Sigug, akan tetapi tidak diketahui sejak tahun berapa beliau menjabat sama halnya dengan Pemerintahan yang di pegang oleh Ki Demang Krama Duria. Kemudian di generasi yang ketiga adalah S Prawiromiharjo yang memegang Pemerintahan sejak tahun 1932 sampai dengan tahun 1984 ( 52 TAHUN ) . Selain sebagai Kepala Pemerintahan di desa Kedalon, Beliau juga membawahi pemerintahan dibeberapa desa yang berada di wilayah sekitarnya antara lain Simbang, Kwadungan, Kalikajar, dan Kedalon sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah Glondong. Berdasarkan catatan tersebut diatas kalau kita tarik ke belakang bahwa desa Kedalon sudah berusia kurang lebih 191 tahun ( satu abad lebih )
Adapun makam-makam beliau adalah sbb ;
a. Ki
Demang Krama Duria dimakamkan di Pemakaman dusun Kedalon
b. Ki
Demang Joyodimejo dimakamkan di Pemakaman Dusun Sigug
c. S
Prawiromiharjo dimakamkan di Pemakaman Keluarga
Desa Kedalon terdiri dari 5 Dusun,
dimana masing dusun mempunyai Sejarah yang berbeda-beda diantaranya :
1. DUSUN
SIRANCAH
Yang memberi nama Sirancah adalah tokoh
masyarakat setempat yang bernama Surajaya , Yang menceritakan perjalanan murid
Pangeran Diponegoro, dimana
murid Pangeran Diponegara tertembak
kakinya oleh pasukan Belanda sehingga mengalami luka dan darahnya berceceran /
rancah-rancah ( isilah Jawa ) dan atas
ke agungan Sang Pencipta yaitu Alloh SWT, darah yang berceceran/
rancah-rancah tersebut menjadi sumber mata air yang melimpah di dusun tersebut (airnya melimpah ruah atau
rancah-rancah). Sehingga dusun tersebut
diberi nama Sirancah yang berarti darah yang berceceran menjadi mata air.
Walaupun terluka murid pasukan Pangeran Diponegoro dengan Komando Raden Wangsa
Wigena dan ajudannya bernama kyai Kampuh tetap melanjutkan perjalanan walau
waktu sudah menjelang malam.
Dan dari cerita turun temurun sampai
sekarang masih diyakini oleh masarakat setempat , jalan antara Dusun Sirancah –
Dusun Kedalon sebelum dibetonisasi/diaspal apabila di musim kemarau ada
beberapa bagian jalan yang tidak pernah kering, itu adalah darah kaki murid
Pangeran Diponegoro. Sebelum bergabung dengan Desa Kedalon, dusun Sirancah pernah
menjadi bagian dari desa Kalikajar, hal ini dibuktikan dengan adanya pemakaman
dusun Sirancah dan Sempol Kalikajar, dusun Sirancah bergabung dengan desa
Kedalon di era Pemerintahan S. Prawiromiharjo.
TOKOH MASYARAKAT
SIRANCAH YANG PERNAH BERJASA DI PEMERINTAHAN DESA
a. Mertapawiro Alm.
b. Joyo Pawiro ( Kadus
) Alm.
c. Suro Wiryo ( Bayan)
Alm.
d. Dul khalim ( Bayan)
Masih Hidup
e. Sarwandi ( Bayan )
Alm.
f. Saduri ( Bayan )
Alm.
g.Turondi ( Kaum ) Alm
h. Sukirman Kaur
Pembangunan / Masih hidup.
2. DUSUN KEDALON
Walaupun
sudah larut malam, murid Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Wangsa Wigena
dengan ajudannya yang bernama kyai Kampuh beserta beberapa orang pengikutnya
hingga tiba di suatu tempat, karena sudah sangat malam sambil mengobati luka
dan menyusun kekuatan beliau bersitirahat,
tempat dimana beliau beristirahat sampai larut malam dinamakan Kedalon ( Waktu yang sangat malam ) selanjutnya
Raden Wangsa Wigena menunjuk tokoh masyarakat setempat yang bernama Krama Duria
sebagai Pemimpin di wilayah tersebut dengan gelar Demang, Krama Duria adalah
seorang tokoh yang dianggap mampu memimpin di dusun Kedalon pada waktu itu.
Diakhir hayatnya kedua tokoh murid Pangeran diponegoro tinggal di dusun
tersebut. Adapun makam-makam Raden Wangsa Wigena dan Kyai Kampuh
beserta istrinya berada di Pemakaman dusun Kedalon. Makam Raden Wangsa Wigena
berada ditengah makam yang sekarang tumbuh pohon pinus besar / dulunya pohon
beringin besar dan Kyai Kampuh beserta istri berada di sebelah pojok timur
selatan. Raden Wangsa Wigena dan ajudanya Kyai Kampuh selain menjadi bagian
dari Pasukan Pangeran Diponegoro beliau juga penyebar islam diwilayah yang
beliau laluinya.
Beberapa tokoh yang pernah di
Pemerintahan Dusun Kedalon Yaitu :
1)
Jaya Pawira Alm. ( Kadus ) Sirancah
2)
Uda Duria Alm. ( Kadus ) Kedalon
3) Dolah Sukri Alm ( Kadus ) Kedalon
4)
Wasito Alm ( Kadus ) Kedalon
5) Dul Bari
Alm ( Kadus ) Kedalon
6)
Sudiyono ( Kadus Sekarang ) Kedalon
7) Rohman (kaur keuangan )
3. DUSUN SIGUG / SIGEK
Meskipun
di dusun Kedalon sudah sangat malam beberapa murid Pangeran Diponegoro tetap
melanjutkan perjalanan. Dimalam yang gelap gulita itu sampailah disuatu tempat
dimana ditempat tersebut ada luapan air yang sangat besar / banjir. Dan banjir
tersebut adalah luapan dari sungai Gede / kali gede yang letaknya disebelah
barat dusun Sigug mengalir keselatan. Maka murid pangeran Diponegoro berhenti
dan beristirahat secukupnya untuk menunggu surutnya air dan untuk persiapan
perjalanan esok harinya. Tempat dimana murid Pangeran Diponegoro beristirahat
tersebut diberi nama Sigug / Sigek atau berhenti sementara. Dan pada saat istirahat
salah satu murid pasukan Pangeran Diponegoro menancapkan pohon beringin , yang
akhirnya pohon beringin tersebut tumbuh besar dan rimbun ditengah-tengah dusun
Sigug. Namun karena perkembangan dusun yang semakin ramai dan usia pohon
beringin yang sudah tua serta banyak bangunan berdiri disekitarnya saat ini pohon
beringin tersebut tidak bisa dilihat lagi / ditebang untuk pemukiman masarakat.
Di
dusun Sigugpun ada tokoh yang sangat berjasa terhadap keberadaan dusun Sigug
Yaitu mbah Tawijaya. Namun keterbatasan informasi menjadikan penulis tidak bisa
menceritakan perjuangan beliau. Mbah Tawijaya adalah orang pertama yang bermukim
didusun Sigug yaitu Kleler, Kleler
secara geografis dusun lebih dulu ada dibandingkan dengan Sigug, hal ini bisa dilihat
dari usia makam yang ada. Beliau adalah seorang yang sangat taat beribadah
hingga akhir hayatnya. Makam mbah Tawijaya berada dipemakaman Sigug Kleler
berdampingan dengan istrinya, diceritakan pernah suatau ketika makam beliau
diberi batu kijing/nisan, namun dipagi harinya kijing/nisan tersebut sudah
tidak ada. Ini bisa di artikan bahwa mbah Tawijaya seorang yang sangat
sederhana tidak mementingkan duniawi.
Sementara
Raden Sumantri adalah Seorang Pengelana yang datang di dusun Sigug, dari cerita
sesepuh desa Raden Sumantri merupakan seorang ahli ibadah orang yang prihatinya
luarbiasa, tidak heran apabila beliau juga memiliki ilmu kanuragan yang luar
biasa, makamnya terletak di pemakaman dusun Sigug, banyak berdatangan orang
dari luar desa yang berziarah ke makam beliau, bahkan ada yang dengan sengaja
ingin memiliki barang-barang beliau melalui bertapa.
Dan
menurut cerita yang turun temurun pada saat Agresi Belanda tahun 1945 dan tahun
1949 apabila ada musuh /penjajah yang
masuk dusun Sigug maka akan kehilangan jejak padahal sudah jelas Pasukan
Indonesia didepan mata mereka. Dan dalam sejarah desa, dusun Sigug pernah menempati
daerah di sekitar Sigug Jurang dan Sigug
Kleler yang dimungkinkan kedua tempat tersebut sebagai tempat istirahat pasukan
Pangeran Diponegoro. Karena pada waktu itu Kleler dan jurang sudah ada yang
mendiami.
Dusun Sigug paling banyak yang menduduki
di Pemerintahan Desa antara lain :
1)
Sumarto Diharjo ( Sekdes )
2)
Suwondo ( Sekdes )
3)
Suhadi ( Kaum )
4)
Bahri ( Ulu-ulu )
5)
Ridwan ( Ulu-ulu )
6)
Suwandi ( Tamping )
7)
Arjo
8)
Parbino ( Tamping )
9)
Wahyu Handayana ( Pembantu Sekdes )
10) Biyanto
( Kaur Pemer )
11)
Setyo Raharji Alm. ( Bendahara Desa )
12)
Sumargo ( Kepala Dusun )
13) Suratno Alm
( Kepala Dusun )
14) Tututr Alm. ( Pembantu Perangkat )
15) Riyadi
( Kepala Dusun Sekarang )
4. DUSUN SABRANG
Setelah
berhenti sementara / Sigug = sigeg, disaat waktu menjelang fajar murid Pasukan
Pangeran Diponegoro tersebut melanjutkan perjalanan dengan menyeberangi sungai
Gede yang masih banjir, maka tempat tersebut diberi nama Sabrang ( istilah jawa : Nyabrang ) .Dan didusun tersebut
salah satu Punggawa Raden Wangsa Wigena yang bernama Ki Mangku Yudho mendapat
wisik/perintah dari sang pencipta ( Alloh Swt ) untuk mengislamkan dusun
tersebut , namun sebelum melaksanakan wisiknyai, Ki Mangkuyudo seperti hilang
ditelan bumi/ambles bumi, muksa
dan dinyatakan hilang jasadnya. Tempat dimana dan diyakini sebagai makam Ki
Mangkuyudo atau yang bergelar Ki Ageng Selo berada disebelah SD Negeri 2
Kedalon.
Disamping
kasepuhan yang bernama Ki Mangku yudo yang bergelar Ki Ageng Selo, juga ada kasepuhan
yang bernama mbah Kyai Brajakosa. Diceritakan dimana kesaktianya mbah Kyai
Brajakosa saat pertempuran dengan penjajah beliau mencabut pohon aren dan di
sambitkan ke musuh, sehingga musuh kalang kabut terkena sambitan pohon aren
mbah Kyai Brajakosa. Selain kesaktian yang diceritakan diatas Beliau juga
mempunyai kesaktian bisa menangkap petir,di kisahkan pada waktu itu ketika mbah
Kyai Brajakosa sedang mengolah lahan pertanianya (istilah jawa : meluku ) ada
petir yang menyambar disekitarnya ( ditanah Sigelap ) lalu ditangkap oleh mbah Kyai Brajakosa dan
beliau berkata “ kowe ora keno nyamber pitung keturunan ingsun “ (kamu tidak boleh nyambar tujuh keturunan saya
). Mbah Kyai Brajakosa adalah tokoh yang sangat disegani pada waktu itu. Dimana
pada saat bermusyawarahan tentang wilayah tanah, Beliau berprinsip setutup
cukup secengkang kurang (yang artinya walaupun sedikit tetapi cukup daripada
yang banyak kurang). Hal ini bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar dimana
wilayah yang mereka tinggali walaupun tidak luas tapi bisa mereka nikmati
dengan hasil yang melimpah. Pada saat beliau meninggal, jenazahnya menjadi
rebutan masarakat Sabrang dan Ngadisalam. Makamnya dijaga selama 40 hari (siang
malam) karena dianggap sudah aman para penjaga sudah lelah, makam beliau tidak
dijaga. Akan tetapi menjadi kesempatan masarakat Ngadisalam untuk mangambil
Jasad mbah Kyai Brajakosa dan jenasahnya dimakamkan di Ngadisalam. Makanya
makam mbah Kyai Brjakosa ada 2 (dua) yaitu dipemakaman Sigug dan pemakaman
Ngadisalam.
Tokoh
lain yang ada di Sabrang adalah mbah Kyai Abdul Majid, Tokoh Rifaiyah yang ikut
meyebarkan Syiar Islam di wilayah Wonosobo bagian Selatan dan makam beliau
sampai saat ini selalu dikunjungi pada saat Khaul Jamaah Rifaiyah dari berbagai
penjuru.
Beberapa tokoh yang pernah di Pemerintahan
dusun Sabrang Yaitu:
1) Sastro Dimejo
( Alm ) Tahun tidak di ketahui
2)
Sudaryono ( Alm ) 1959
s/d 1989
3)
Kholidin ( Kadus Sekarang ) 1990 s/d
4)
Sutarno ( Kaur Umum )
5. DUSUN SENGKERAN
Tidak hanya menyebrang
sungai KaliGede, setelah istirahat cukup para murid pasukan Pangeran Diponegoro juga
melanjutkan perjalanan kearah barat melewati hutan. Dan sampailah di suatu
dusun kecil yang dihuni oleh beberapa orang penduduk dengan beberapa orang
tokoh diantaranya: Mbah Kyai Sendi, Mbah Kyai Bodo dan Krama Taruna.
-
Mbah Kyai Sendi, Beliau
berasal dari Bagelen Purworejo, beliau bersama istrinya pergi meninggalkan
Purworejo karena disana merasa kurang aman. Daerah yang beliau tuju sebenarnya
adalah Wonosobo dengan menaiki Sendi (dipan kecil) bersama istrinya. Namun
karena suatu hal mbah Kyai Sendi memutuskan untuk berhenti di dusun tersebut.
Menurut cerita mbah Kyai Sendi Seorang Ulama yang arif dan juga sakti. Diakhir
hayatnya beliau bersama istri hidup damai di dusun Singkeran, Makamnya
berdampingan dengan istri di pemakaman dusun Singkeran.
-
Mbah Kyai Bodo , Beliau
berasal dari Lombok NTT nama sebenarnya
sampai sekarang tidak diketahui , beliau tokoh yang cerdas akan tetapi karena
kejujuran dan keikhlasanya beliau di juluki Kyai Bodo. Banyak yang bercertita
kedatangan beliau lebih dulu dibandingkan dengan mbah Kyai Sendi, diakhir
hayatnya beliau hidup didusun tersebut. Makam beliau sampai sekarang masih
terawat, akan tetapi cerita dari masarakat setempat makam Mbah Kyai Bodo tidak
mau/tidak boleh di bangun atau diberi tanda, Karena pernah suatu ketika diberi
tanda, batu untuk penanda makam sudah hilang.
-
Krama Taruna adalah
pribumi Sengkeran yang mempunyai kesaktian luar biasa, beliau adalah sesepuh
di dusun Singkeran. Diceritakan karena kesaktianya penjajah dengan akal
busuknya merayu istri Beliau dengan ancaman akan dibunuh, akhirnya istri beliau
menceritakan kelemahan Krama Taruna yaitu di Ibu Jari kaki sebelah kiri dan
akhirnya Krama Taruna di tangkap dan dibunuh dengan melemahkan ibu jari kaki
sebelah kiri.
Ketiga
tokoh tersebut bahu membahu mengusir penjajah pada waktu itu dengan menggunakan
kesaktian yang mereka miliki bersama-sama dengan masyarakat Singkeran. Kemudian yang memberi nama
Sengkeran adalah Krama Taruna. Beliau menjadi orang pertama yang memimpin
pemerintahan dusun Sengkeran, Arti Sengkeran dalam bahasa Indonesia di
selamatkan oleh Alloh SWT dalam istilah jawa di Sengker Pangeran. Pada masa
penjajah dusun Singkeran termasuk wilayah yang menjadi sasaran perluasan
kekuasaan penjajah, namun berkat kegigihan dan kerjasama dengan sesepuh
penjajah tidak bisa menguasai dusun Singkeran. Bahkan sampai sekarang
nilai-nilai kegigihan masyarakat Sengkeran masih terlihat (Kegotongroyongan
yang masih kuat).
Dusun Sengkeran termasuk dusun yang
paling banyak mengalami pergantian Pimpinan Pemerintahan Dusun Antara lain :
1)
Krama Taruna ( Kadus )
2) Singa Taruna ( Kadus )
3)
Kasduri ( Kadus ) mantan pejuang
/ Veteran
4)
Sunarto ( Kadus )
5)
Marko ( Kadus )
6)
Purwo Sumarto ( Kadus )
7)
Sri Aniyati ( Kadus
)
8)
Suyono ( Pj Kadus )
9)
Hartono Jumantar ( Kadus Sekarang
)
Dari penggalian informasi dan cerita
masyarakat dengan dibantu bukti-bukti yang cukup akurat Desa Kedalon secara
keseluruhan yang meliputi 5 (lima) dusun berdiri di jaman Perjuangan Pangeran Diponegoro
antara tahun 1825 s/d 1830.
Sesuai
perkembangan zaman, Desa Kedalon menjadi Desa maju dan berkembang pesat,
apalagi munculnya generasi baru yang menjadi Pemimpin Desa / Kepala Desa yang berpikiran maju dengan
Strategi yang berbeda tapi tetap mengedepankan kemajuan serta kemakmuran
masyarakatnya.
Adapun Pemimpin Desa / Kepala Desa yang
pernah memimpin desa Kedalon selain 3 ( Tiga ) tokoh tersebut diatas adalah Sbb
:
1)
SUDIYANTO ( Alm ) tahun 1986 s/d 1994
2)
MUH. SAMSI ( Alm ) tahun 1995 s/d
1997
3)
EKO PRASETYO HW. SH tahun 1998
s/d 2004
4) AGUSMANTO tahun 2006 s/d 2012
Dengan
penulisan Sejarah Desa tersebut diatas, Pemerintah Desa Kedalon saat ini
berupaya agar Generasi yang akan datang akan semakin mencintai Desa dimana
mereka dilahirkan, dibesarkan serta sebagai bahan untuk menambah jiwa
Nasionalismenya, Senantiasa selalu menghormati, menghargai, mendoakan para
Pemimpinya yang terdahulu. Mari bersama-sama membangun Desa agar desa Kedalon
menjadi desa yang MANDIRI, Maju bersama dengan desa-desa di kab. Wonosobo.
Sebagai
penutup, tentunya kami Pemerintah Desa Kedalon dalam hal penyusunan, penyajian,
data dukung tentang Sejarah Desa banyak
sekali kekurangan serta kekhilafan untuk itu mohon maaf kepada seluruh
masyrakat sedesa Kedalon.
Kepada
Sesepuh masyarakat, Alim Ulama, Tokoh Agama, Tokoh Masyrakat, Mantan Kepala
Desa, Mantan Perangkat Desa, BPD
Desa Kedalon, Perangkat Desa yang masih aktif dan seluruh masyrakat desa Kedalon, kami
ucapkan terima kasih atas bentuan dan informasinya sehingga catatan Sejarah
Desa bisa kami tulis.
Selain catatan Sejarah yang kami sajikan,
Pemerintah Desa juga akan menampilkan dokumentasi yang berupa Foto-foto mantan
Kepala Desa, Mantan Sekdes, Mantan Kadus, mantan Perangkat Desa Lainya.
Perangkat Desa Sekarang dan Foto perkembangan Desa selama kurun waktu
Pemerintahan Desa Kedalon ada dan tentunya karena keterbatasan kemampuan ada
beberapa dokumen yang tidak bisa kami tampilkan karena data dukung tidak kami
temukan.
Nama-nama pendukung tentang Sejarah Desa
Kedalon :
1) Bp. Dulkhalim ( 80 th ) Sirancah
2) Bp. Tamyis ( 75 th ) Kedalon
3) Bp. Suproni ( 80 th ) Kedalon
4) Bp.Suwondo ( 89 th ) Sigug
5) Bp. Yusroni ( 75 th )
Sigug
6) Bp. Yipto ( 80 TH Sabrang
7) Bp Purwo Sumarto ( 65 th ) sengkeran
10)
Bp Supriyadi ( 60 th
) Sengkeran
Tim Penulis Sejarah Desa adalah
Pemerintah Desa Kedalon yang terdiri dari :
1) Agus Sufyono Kades Kedalon
2) Suwiyono Ketua BPD
3) Nuryati Sekdes
4)
Sudiyono Kadus Kedalon
5)
Sukirman Kaur Pembangunan Desa Kedalon
6) Riyadi Kadus Sigug
7)
Kholidin Kadus Sabrang
8) Toha Kaur Kesra
9) Ngainah Kaur Pemerintahan
10)
Hamit Sutarno Kaur Umum
11)
Rohman Bendahara Desa
12) Hartono J Kadus Singkeran
SEJARAH
DESA KEDALON TAHUN 2016
TIM
SEJARAH DESA
TERIMA
KASIH
Terima kasih untuk informasinya semoga semakin maju dan berkembang untuk semua masyarakat Desa kedalon khususnya dan bagi NKRI Amin
BalasHapusTerima kasih untuk informasinya semoga semakin maju dan berkembang untuk semua masyarakat Desa kedalon khususnya dan bagi NKRI Amin
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih untuk informasinya semoga semakin maju dan berkembang untuk semua masyarakat Desa kedalon khususnya dan bagi NKRI Amin
BalasHapusMantab bos kuh
BalasHapus