Jumat, 16 September 2016

SEJARAH DESA KEDALON


           Desa Kedalon diperkirakan berdiri pada tahun 1825 – 1830  seiring dengan perjuangan Pangeran Diponegoro, dengan Kepemimpinan yang pertama Yaitu  Krama Duria yang diberi gelar Demang ( Kepala desa/Lurah jaman dulu )  yaitu seorang tokoh yang berada di dusun tersebut. Dengan pusat Pemerintahan Pertama di dusun Kedalon.  Pada era selanjutnya atau Pimpinan Pemerintahan yang Kedua yaitu Ki Demang Joyo Dimejo atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Mbah Lurah dengan masa pemerintahan atau lama Pemerintahan diperkirakan sampai dengan tahun 1930, Sejak Pemerintahan Desa Kedalon dipegang oleh Joyo Dimejo pusat Pemerintahan desa pindah di dusun Sigug, akan tetapi tidak diketahui sejak tahun berapa beliau menjabat sama halnya dengan Pemerintahan yang di pegang oleh Ki Demang Krama Duria. Kemudian di generasi yang ketiga adalah S Prawiromiharjo yang memegang Pemerintahan sejak tahun 1932 sampai dengan tahun 1984 ( 52 TAHUN ) .  Selain sebagai Kepala Pemerintahan di desa Kedalon, Beliau juga membawahi pemerintahan dibeberapa desa yang berada di wilayah sekitarnya antara lain Simbang, Kwadungan, Kalikajar, dan Kedalon sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah Glondong.  Berdasarkan catatan tersebut diatas kalau kita tarik ke belakang bahwa desa Kedalon sudah berusia kurang lebih 191 tahun ( satu abad lebih )
 Adapun makam-makam beliau adalah sbb  ;
a. Ki Demang Krama Duria dimakamkan di Pemakaman dusun Kedalon  
b. Ki Demang Joyodimejo dimakamkan di Pemakaman Dusun Sigug 
c. S Prawiromiharjo dimakamkan di Pemakaman Keluarga    
Desa Kedalon terdiri dari 5 Dusun, dimana masing dusun mempunyai Sejarah yang berbeda-beda diantaranya :
1.      DUSUN SIRANCAH

Yang memberi nama Sirancah adalah tokoh masyarakat setempat yang bernama Surajaya , Yang menceritakan perjalanan murid Pangeran Diponegoro, dimana  murid Pangeran Diponegara tertembak kakinya oleh pasukan Belanda sehingga mengalami luka dan darahnya berceceran / rancah-rancah ( isilah Jawa ) dan  atas ke agungan Sang Pencipta yaitu Alloh SWT, darah yang berceceran/ rancah-rancah tersebut menjadi sumber mata air yang melimpah  di dusun tersebut (airnya melimpah ruah atau rancah-rancah).  Sehingga dusun tersebut diberi nama Sirancah yang berarti darah yang berceceran menjadi mata air. Walaupun terluka murid pasukan Pangeran Diponegoro dengan Komando Raden Wangsa Wigena dan ajudannya bernama kyai Kampuh tetap melanjutkan perjalanan walau waktu sudah menjelang malam.

Dan dari cerita turun temurun sampai sekarang masih diyakini oleh masarakat setempat , jalan antara Dusun Sirancah – Dusun Kedalon sebelum dibetonisasi/diaspal apabila di musim kemarau ada beberapa bagian jalan yang tidak pernah kering, itu adalah darah kaki murid Pangeran Diponegoro. Sebelum bergabung dengan Desa Kedalon, dusun Sirancah pernah menjadi bagian dari desa Kalikajar, hal ini dibuktikan dengan adanya pemakaman dusun Sirancah dan Sempol Kalikajar, dusun Sirancah bergabung dengan desa Kedalon di era Pemerintahan S. Prawiromiharjo.

TOKOH MASYARAKAT SIRANCAH YANG PERNAH BERJASA DI PEMERINTAHAN DESA
a. Mertapawiro Alm.
b. Joyo Pawiro ( Kadus ) Alm.
c. Suro Wiryo ( Bayan) Alm.
d. Dul khalim ( Bayan) Masih Hidup
e. Sarwandi ( Bayan ) Alm.
f. Saduri ( Bayan ) Alm.
g.Turondi ( Kaum ) Alm
h. Sukirman Kaur Pembangunan / Masih hidup.
      2. DUSUN KEDALON
Walaupun sudah larut malam, murid Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Wangsa Wigena dengan ajudannya yang bernama kyai Kampuh beserta beberapa orang pengikutnya hingga tiba di suatu tempat, karena sudah sangat malam sambil mengobati luka dan menyusun kekuatan beliau bersitirahat,  tempat dimana beliau beristirahat sampai larut malam  dinamakan Kedalon ( Waktu yang sangat malam ) selanjutnya Raden Wangsa Wigena menunjuk tokoh masyarakat setempat yang bernama Krama Duria sebagai Pemimpin di wilayah tersebut dengan gelar Demang, Krama Duria adalah seorang tokoh yang dianggap mampu memimpin di dusun Kedalon pada waktu itu. Diakhir hayatnya kedua tokoh murid Pangeran diponegoro tinggal di dusun tersebut. Adapun makam-makam Raden Wangsa Wigena dan Kyai Kampuh beserta istrinya berada di Pemakaman dusun Kedalon. Makam Raden Wangsa Wigena berada ditengah makam yang sekarang tumbuh pohon pinus besar / dulunya pohon beringin besar dan Kyai Kampuh beserta istri berada di sebelah pojok timur selatan. Raden Wangsa Wigena dan ajudanya Kyai Kampuh selain menjadi bagian dari Pasukan Pangeran Diponegoro beliau juga penyebar islam diwilayah yang beliau laluinya.
Beberapa tokoh yang pernah di Pemerintahan Dusun Kedalon Yaitu :
1)  Jaya Pawira  Alm. ( Kadus )  Sirancah
2)  Uda Duria Alm.  ( Kadus )  Kedalon
3)  Dolah Sukri Alm ( Kadus )  Kedalon
4)  Wasito Alm ( Kadus )   Kedalon
5)  Dul Bari  Alm ( Kadus )  Kedalon
6)  Sudiyono  ( Kadus Sekarang )  Kedalon
7)  Rohman (kaur keuangan )
  
   3.  DUSUN SIGUG / SIGEK
Meskipun di dusun Kedalon sudah sangat malam beberapa murid Pangeran Diponegoro tetap melanjutkan perjalanan. Dimalam yang gelap gulita itu sampailah disuatu tempat dimana ditempat tersebut ada luapan air yang sangat besar / banjir. Dan banjir tersebut adalah luapan dari sungai Gede / kali gede yang letaknya disebelah barat dusun Sigug mengalir keselatan. Maka murid pangeran Diponegoro berhenti dan beristirahat secukupnya untuk menunggu surutnya air dan untuk persiapan perjalanan esok harinya. Tempat dimana murid Pangeran Diponegoro beristirahat tersebut diberi nama Sigug / Sigek atau berhenti sementara. Dan pada saat istirahat salah satu murid pasukan Pangeran Diponegoro menancapkan pohon beringin , yang akhirnya pohon beringin tersebut tumbuh besar dan rimbun ditengah-tengah dusun Sigug. Namun karena perkembangan dusun yang semakin ramai dan usia pohon beringin yang sudah tua serta banyak bangunan berdiri disekitarnya saat ini pohon beringin tersebut tidak bisa dilihat lagi / ditebang untuk pemukiman masarakat.
Di dusun Sigugpun ada tokoh yang sangat berjasa terhadap keberadaan dusun Sigug Yaitu mbah Tawijaya. Namun keterbatasan informasi menjadikan penulis tidak bisa menceritakan perjuangan beliau. Mbah Tawijaya adalah orang pertama yang bermukim didusun Sigug yaitu Kleler, Kleler secara geografis dusun lebih dulu ada dibandingkan dengan Sigug, hal ini bisa dilihat dari usia makam yang ada. Beliau adalah seorang yang sangat taat beribadah hingga akhir hayatnya. Makam mbah Tawijaya berada dipemakaman Sigug Kleler berdampingan dengan istrinya, diceritakan pernah suatau ketika makam beliau diberi batu kijing/nisan, namun dipagi harinya kijing/nisan tersebut sudah tidak ada. Ini bisa di artikan bahwa mbah Tawijaya seorang yang sangat sederhana tidak mementingkan duniawi.
Sementara Raden Sumantri adalah Seorang Pengelana yang datang di dusun Sigug, dari cerita sesepuh desa Raden Sumantri merupakan seorang ahli ibadah orang yang prihatinya luarbiasa, tidak heran apabila beliau juga memiliki ilmu kanuragan yang luar biasa, makamnya terletak di pemakaman dusun Sigug, banyak berdatangan orang dari luar desa yang berziarah ke makam beliau, bahkan ada yang dengan sengaja ingin memiliki barang-barang beliau melalui bertapa.
Dan menurut cerita yang turun temurun pada saat Agresi Belanda tahun 1945 dan tahun 1949  apabila ada musuh /penjajah yang masuk dusun Sigug maka akan kehilangan jejak padahal sudah jelas Pasukan Indonesia didepan mata mereka. Dan dalam sejarah desa, dusun Sigug pernah menempati daerah di sekitar Sigug Jurang  dan Sigug Kleler yang dimungkinkan kedua tempat tersebut sebagai tempat istirahat pasukan Pangeran Diponegoro. Karena pada waktu itu Kleler dan jurang sudah ada yang mendiami.
Dusun Sigug paling banyak yang menduduki di Pemerintahan Desa antara lain :
1)  Sumarto Diharjo  ( Sekdes )
2)  Suwondo  (  Sekdes )
3)  Suhadi  ( Kaum )
4)  Bahri ( Ulu-ulu )
5)  Ridwan  ( Ulu-ulu )
6)  Suwandi  ( Tamping )
7)  Arjo
8)  Parbino  ( Tamping )
9)  Wahyu Handayana ( Pembantu Sekdes )
10)  Biyanto  ( Kaur Pemer )
11)  Setyo Raharji Alm. ( Bendahara Desa )
12)  Sumargo  ( Kepala Dusun )
13)  Suratno Alm  ( Kepala Dusun )
14) Tututr  Alm. ( Pembantu Perangkat )                
15)  Riyadi  ( Kepala Dusun Sekarang )
 
  4. DUSUN SABRANG
Setelah berhenti sementara / Sigug = sigeg, disaat waktu menjelang fajar murid Pasukan Pangeran Diponegoro tersebut melanjutkan perjalanan dengan menyeberangi sungai Gede yang masih banjir, maka tempat tersebut diberi nama Sabrang (  istilah jawa : Nyabrang ) .Dan didusun tersebut salah satu Punggawa Raden Wangsa Wigena yang bernama Ki Mangku Yudho mendapat wisik/perintah dari sang pencipta ( Alloh Swt ) untuk mengislamkan dusun tersebut , namun sebelum melaksanakan wisiknyai, Ki Mangkuyudo seperti hilang ditelan bumi/ambles bumi, muksa dan dinyatakan hilang jasadnya. Tempat dimana dan diyakini sebagai makam Ki Mangkuyudo atau yang bergelar Ki Ageng Selo berada disebelah SD Negeri 2 Kedalon.
Disamping kasepuhan yang bernama Ki Mangku yudo yang bergelar Ki Ageng Selo, juga ada kasepuhan yang bernama mbah Kyai Brajakosa. Diceritakan dimana kesaktianya mbah Kyai Brajakosa saat pertempuran dengan penjajah beliau mencabut pohon aren dan di sambitkan ke musuh, sehingga musuh kalang kabut terkena sambitan pohon aren mbah Kyai Brajakosa. Selain kesaktian yang diceritakan diatas Beliau juga mempunyai kesaktian bisa menangkap petir,di kisahkan pada waktu itu ketika mbah Kyai Brajakosa sedang mengolah lahan pertanianya (istilah jawa : meluku ) ada petir yang menyambar disekitarnya ( ditanah Sigelap )  lalu ditangkap oleh mbah Kyai Brajakosa dan beliau berkata “ kowe ora keno nyamber pitung keturunan ingsun “  (kamu tidak boleh nyambar tujuh keturunan saya ). Mbah Kyai Brajakosa adalah tokoh yang sangat disegani pada waktu itu. Dimana pada saat bermusyawarahan tentang wilayah tanah, Beliau berprinsip setutup cukup secengkang kurang (yang artinya walaupun sedikit tetapi cukup daripada yang banyak kurang). Hal ini bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar dimana wilayah yang mereka tinggali walaupun tidak luas tapi bisa mereka nikmati dengan hasil yang melimpah. Pada saat beliau meninggal, jenazahnya menjadi rebutan masarakat Sabrang dan Ngadisalam. Makamnya dijaga selama 40 hari (siang malam) karena dianggap sudah aman para penjaga sudah lelah, makam beliau tidak dijaga. Akan tetapi menjadi kesempatan masarakat Ngadisalam untuk mangambil Jasad mbah Kyai Brajakosa dan jenasahnya dimakamkan di Ngadisalam. Makanya makam mbah Kyai Brjakosa ada 2 (dua) yaitu dipemakaman Sigug dan pemakaman Ngadisalam.
Tokoh lain yang ada di Sabrang adalah mbah Kyai Abdul Majid, Tokoh Rifaiyah yang ikut meyebarkan Syiar Islam di wilayah Wonosobo bagian Selatan dan makam beliau sampai saat ini selalu dikunjungi pada saat Khaul Jamaah Rifaiyah dari berbagai penjuru.
Beberapa tokoh yang pernah di Pemerintahan dusun Sabrang Yaitu:
1)  Sastro Dimejo  ( Alm )  Tahun tidak di ketahui
2)  Sudaryono  ( Alm )   1959  s/d 1989
3)  Kholidin   ( Kadus Sekarang )   1990 s/d
4)  Sutarno ( Kaur Umum )

      5. DUSUN SENGKERAN
Tidak hanya menyebrang sungai KaliGede, setelah istirahat cukup  para murid pasukan Pangeran Diponegoro juga melanjutkan perjalanan kearah barat melewati hutan. Dan sampailah di suatu dusun kecil yang dihuni oleh beberapa orang penduduk dengan beberapa orang tokoh diantaranya: Mbah Kyai Sendi, Mbah Kyai Bodo dan Krama Taruna.
-          Mbah Kyai Sendi, Beliau berasal dari Bagelen Purworejo, beliau bersama istrinya pergi meninggalkan Purworejo karena disana merasa kurang aman. Daerah yang beliau tuju sebenarnya adalah Wonosobo dengan menaiki Sendi (dipan kecil) bersama istrinya. Namun karena suatu hal mbah Kyai Sendi memutuskan untuk berhenti di dusun tersebut. Menurut cerita mbah Kyai Sendi Seorang Ulama yang arif dan juga sakti. Diakhir hayatnya beliau bersama istri hidup damai di dusun Singkeran, Makamnya berdampingan dengan istri di pemakaman dusun Singkeran.
-          Mbah Kyai Bodo , Beliau berasal dari Lombok NTT  nama sebenarnya sampai sekarang tidak diketahui , beliau tokoh yang cerdas akan tetapi karena kejujuran dan keikhlasanya beliau di juluki Kyai Bodo. Banyak yang bercertita kedatangan beliau lebih dulu dibandingkan dengan mbah Kyai Sendi, diakhir hayatnya beliau hidup didusun tersebut. Makam beliau sampai sekarang masih terawat, akan tetapi cerita dari masarakat setempat makam Mbah Kyai Bodo tidak mau/tidak boleh di bangun atau diberi tanda, Karena pernah suatu ketika diberi tanda, batu untuk penanda makam sudah hilang.
-          Krama Taruna adalah pribumi Sengkeran yang mempunyai kesaktian luar biasa, beliau adalah sesepuh di dusun Singkeran. Diceritakan karena kesaktianya penjajah dengan akal busuknya merayu istri Beliau dengan ancaman akan dibunuh, akhirnya istri beliau menceritakan kelemahan Krama Taruna yaitu di Ibu Jari kaki sebelah kiri dan akhirnya Krama Taruna di tangkap dan dibunuh dengan melemahkan ibu jari kaki sebelah kiri.
Ketiga tokoh tersebut bahu membahu mengusir penjajah pada waktu itu dengan menggunakan kesaktian yang mereka miliki bersama-sama dengan masyarakat Singkeran. Kemudian yang memberi nama Sengkeran adalah Krama Taruna. Beliau menjadi orang pertama yang memimpin pemerintahan dusun Sengkeran, Arti Sengkeran dalam bahasa Indonesia di selamatkan oleh Alloh SWT dalam istilah jawa di Sengker Pangeran. Pada masa penjajah dusun Singkeran termasuk wilayah yang menjadi sasaran perluasan kekuasaan penjajah, namun berkat kegigihan dan kerjasama dengan sesepuh penjajah tidak bisa menguasai dusun Singkeran. Bahkan sampai sekarang nilai-nilai kegigihan masyarakat Sengkeran masih terlihat (Kegotongroyongan yang masih kuat).
Dusun Sengkeran termasuk dusun yang paling banyak mengalami pergantian Pimpinan Pemerintahan Dusun Antara lain :
1)  Krama Taruna   ( Kadus )
2) Singa Taruna  ( Kadus )
3)  Kasduri  ( Kadus ) mantan pejuang / Veteran
4)  Sunarto  ( Kadus )
5)  Marko  ( Kadus  )
6)  Purwo Sumarto  ( Kadus )
7)  Sri Aniyati  (  Kadus  )
8)  Suyono   ( Pj Kadus )
9)  Hartono Jumantar  ( Kadus Sekarang )
Dari penggalian informasi dan cerita masyarakat dengan dibantu bukti-bukti yang cukup akurat Desa Kedalon secara keseluruhan yang meliputi 5 (lima) dusun berdiri di jaman Perjuangan Pangeran Diponegoro antara tahun 1825 s/d 1830.
Sesuai perkembangan zaman, Desa Kedalon menjadi Desa maju dan berkembang pesat, apalagi munculnya generasi baru yang menjadi Pemimpin Desa /  Kepala Desa yang berpikiran maju dengan Strategi yang berbeda tapi tetap mengedepankan kemajuan serta kemakmuran masyarakatnya.
Adapun Pemimpin Desa / Kepala Desa yang pernah memimpin desa Kedalon selain 3 ( Tiga ) tokoh tersebut diatas adalah Sbb :
1)  SUDIYANTO ( Alm )  tahun  1986 s/d 1994
2)  MUH. SAMSI  ( Alm ) tahun 1995 s/d 1997
3)  EKO PRASETYO HW. SH  tahun 1998 s/d 2004
4) AGUSMANTO      tahun 2006 s/d 2012
Dengan penulisan Sejarah Desa tersebut diatas, Pemerintah Desa Kedalon saat ini berupaya agar Generasi yang akan datang akan semakin mencintai Desa dimana mereka dilahirkan, dibesarkan serta sebagai bahan untuk menambah jiwa Nasionalismenya, Senantiasa selalu menghormati, menghargai, mendoakan para Pemimpinya yang terdahulu. Mari bersama-sama membangun Desa agar desa Kedalon menjadi desa yang MANDIRI, Maju bersama dengan desa-desa di kab. Wonosobo.
Sebagai penutup, tentunya kami Pemerintah Desa Kedalon dalam hal penyusunan, penyajian, data dukung  tentang Sejarah Desa banyak sekali kekurangan serta kekhilafan untuk itu mohon maaf kepada seluruh masyrakat sedesa Kedalon.
Kepada Sesepuh masyarakat, Alim Ulama, Tokoh Agama, Tokoh Masyrakat, Mantan Kepala Desa, Mantan Perangkat Desa, BPD Desa Kedalon, Perangkat Desa yang masih aktif  dan seluruh masyrakat desa Kedalon, kami ucapkan terima kasih atas bentuan dan informasinya sehingga catatan Sejarah Desa bisa kami tulis.
      Selain catatan Sejarah yang kami sajikan, Pemerintah Desa juga akan menampilkan dokumentasi yang berupa Foto-foto mantan Kepala Desa, Mantan Sekdes, Mantan Kadus, mantan Perangkat Desa Lainya. Perangkat Desa Sekarang dan Foto perkembangan Desa selama kurun waktu Pemerintahan Desa Kedalon ada dan tentunya karena keterbatasan kemampuan ada beberapa dokumen yang tidak bisa kami tampilkan karena data dukung tidak kami temukan.
Nama-nama pendukung tentang Sejarah Desa Kedalon  :
1) Bp. Dulkhalim ( 80 th ) Sirancah
2) Bp. Tamyis  ( 75 th ) Kedalon
3) Bp. Suproni  ( 80 th ) Kedalon
4) Bp.Suwondo ( 89 th )  Sigug
5) Bp. Yusroni  ( 75 th )  Sigug
6) Bp. Yipto ( 80 TH   Sabrang
7) Bp Purwo Sumarto ( 65 th )   sengkeran
10) Bp  Supriyadi ( 60 th )  Sengkeran

Tim Penulis Sejarah Desa adalah Pemerintah Desa Kedalon yang terdiri dari :
1) Agus Sufyono  Kades Kedalon
2) Suwiyono Ketua BPD
3) Nuryati Sekdes
4) Sudiyono  Kadus Kedalon
5) Sukirman   Kaur Pembangunan Desa Kedalon
6) Riyadi  Kadus Sigug
7) Kholidin  Kadus Sabrang
8) Toha   Kaur Kesra
9) Ngainah  Kaur Pemerintahan
10) Hamit Sutarno   Kaur Umum
11) Rohman Bendahara Desa
12) Hartono J Kadus Singkeran

SEJARAH DESA KEDALON TAHUN 2016
TIM SEJARAH DESA
TERIMA KASIH


         



                                                      

5 komentar:

  1. Terima kasih untuk informasinya semoga semakin maju dan berkembang untuk semua masyarakat Desa kedalon khususnya dan bagi NKRI Amin

    BalasHapus
  2. Terima kasih untuk informasinya semoga semakin maju dan berkembang untuk semua masyarakat Desa kedalon khususnya dan bagi NKRI Amin

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Terima kasih untuk informasinya semoga semakin maju dan berkembang untuk semua masyarakat Desa kedalon khususnya dan bagi NKRI Amin

    BalasHapus